Puasa Dapat Mencegah Berbagai Macam Penyakit Kronis

Mencegah atau menurunkan risiko berbagai penyakit degeneratif seperti stroke, sakit jantung dan obesitas.

Data survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2004 menunjukkan, bahwa berbagai faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan penyakit stroke meningkat pada masyarakat Indonesia.

Hasil survei tersebut menunjukkan, bahwa terjadi peningkatan gaya hidup tidak sehat pada masyarakat Indonesia yaitu kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, makan tidak seimbang, kegemukan, diet rendah serat (kurang) buah dan sayur  serta mengonsumsi makanan tinggi kalori, serta makanan tinggi lemak hewani.

Tentu kondisi ini harus diantisipasi oleh kita. Karenanya, puasa ramadan bagi masyarakat muslim merupakan kesempatan untuk memperbaiki kondisi gaya hidup yang tidak sehat.

Dokter H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo mengatakan, puasa ramadan yang dilaksanakan masyarakat muslim merupakan suatu keadaan yang secara medis dikenal sebagai prolonged intermittent fasting.

"Puasa adalah pengaturan makan di mana biasanya kita makan 3 kali menjadi 2 kali dengan jarak antara 2 makan sekitar 14 jam yaitu, tidak menonsumsi makan dan minum mulai dari sahur sampai dengan berbuka. Dengan pengaturan makan ini akan terjadi pengurangan asupan makan atau asupan kalori," jelasnya.

Dengan mengurangi asupan makan, lanjut dia,  terjadi penurunan asupan kalori, asupan lemak juga berkurang. Asupan lemak yang berkurang akan juga mengurangi asupan kolesterol. Nah, jika seseorang berpuasa dengan baik mestinya parameter laboratorium akan membaik.

Kolesterol total, trigliserida akan menurun, begitu pula kolesterol jahat (LDL) juga akan menurun. Kadar asam urat  tambah Ari, mestinya juga menurun, begitu pula  bagi orang yang memang sudah menderita gula darah tinggi, gula darahnya juga terkontrol. 

Berbagai penelitian pada penduduk yang berpuasa  melaporkan, penurunan kadar LDL dan meningkatnya kadar HDL, hal ini jelas positif untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler. "Hal ini tidak terwujud kalau kita menerapkan budaya balas dendam saat berbuka dengan mengonsumsi makan secara berlebih-lebihan," imbuhnya.

Selama melaksanakan puasa ramadan seharusnya juga bagi seorang perokok bisa mengurangi konsumsi rokok. " Para perokok dapat menahan diri untuk tidak merokok selama 14 jam. Setelah waktu berbuka sampai sahur lagi, perokok pun harus melakukan aktivitas salat wajib, tarawih dan juga perlu tidur. Kondisi ini tentu saja berdampak pada pengurangan kuantitas rokok," jelasnya panjang lebar.

Selama melakukan puasa ramadan, kata Ari, aktivitas sehari-hari juga tetap dilakukan. "Jadi, kalau ada yang tidur sepanjang hari dengan alasan badan lemas karena berpuasa, itu tidak dianjurkan baik secara medis maupun secara agama," katanya.

Yang juga perlu diperhatikan selama berpuasa, lanjut dia, adalah konsumsi sayur dan buah-buahan. Kedua jenis makanan ini sebaiknya dikonsumsi saat sahur dan buka puasa. saat buka puasa misalnya, Ari menyarankan untuk mengonsumsi kurma, jus buah atau sayur.

Ini sangat penting untuk tubuh, karena buahdan sayur mengandung serat, mineral, vitamin, antioksidan dan karbohidrat kompleks. Tak hanya itu, kacang-kacangan juga dibutuhkan karena mengandung protein nabati.

"Akhirnya dengan berpuasa kita bisa mengatur pola makan, mengurangi konsumsi karbohidrat dan lemak, mengurangi rokok bagi yang merokok, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan, serta tetap beraktivitas. Rangkaian aktivitas sehat ini akan membuat tubuh sehat dan terhindar dari berbagai penyakit degeneratif seperti stroke, sakit jantung dan obesitas," tutupnya.
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
Harun Ar
admin
1 Agustus 2012 pukul 05.08 ×

Tak diragukan lagi, berpuasa memang banyak manfaatnya

Reply
avatar
Aldy
admin
1 Agustus 2012 pukul 05.31 ×

benar sekali sob, sangat rugi kalau tidak puasa :)

Reply
avatar

Komentarmu sangat berharga buat kami. ConversionConversion EmoticonEmoticon

Thanks for your comment